copas dari http://iwanyuliyanto.co/2012/12/31/dreambook-program-mencetak-anak-penghafal-al-quran/
[Dreambook] Program Mencetak Anak Penghafal Al-Qur’an
Bismillah …
Menyambung pembicaraan saya dengan Pak Lambang mengenai pohon impian, dalam komentar saya di sana menyebut tentang Family Dreambook. Ada kata “Family”, karena buku impian tersebut terdiri dari impian saya, impian istri, anak-anak, dan impian kami bareng-bareng. Kami menuliskan detail action affirmation di setiap halaman agar masing-masing dari kami bisa komitmen dan men-support affirmasi anggota keluarga lainnya.
Family Dreambook tersebut kami susun pada sebuah album foto ukuran besar (pada saat 5 tahun usia perkawinan kami dan menjelang kelahiran putri kedua kami di tahun 2005, awalnya dreambook-nya sendiri-sendiri belum menyatu). Di halaman awal terdapat diagram keseimbangan kehidupan yang menjadi visi keluarga yang disertai dengan do’a pengharapan. Bagaimana cara penyusunan diagram keseimbangan bisa dilihat pada halaman kedua pada jurnal ini. Kemudian beberapa halaman berikutnya disediakan untuk menampung list impian kami yang terus menerus ditambahkan sebagai bagian dari semangat tidak takut untuk terus bermimpi (life is too short to worry). Momen yang paling membahagiakan adalah saat-saat melingkari poin (nomer) dalam list tersebut setelah impian yang dimaksud sudah dicapai dengan baik. Biasanya momen itu kami sertai dengan perayaan kecil (hanya kami berempat) sebagai ungkapan rasa syukur.
Kemudian halaman berikutnya sampai akhir terdapat uraian masing-masing impian berdasarkan unsurnya masing-masing. Kami bagi menjadi 8 unsur, antara lain Spiritual, Family, Financial, Education, Social life, Healthy life, Hobby, Mental (Program Development). Di setiap lembar halaman dreambook berisi dream picture untuk visualisasi impian, goal setting (target jangka panjang dan jangka pendek), dan affirmasi komitmen untuk aktivitas harian.
Secara berkala, kami adakan monthly review untuk mengevaluasi pencapaian dan outputnya adalah penetapan strategi dan program kerja untuk bulan berikutnya. Yang paling seru adalah saat brainstorming manakala ada goals yang meleset dari targetnya. Ibarat sedang business meeting anak-anak bisa belajar aktif banyak hal tentang perencanaan, termasuk pengelolaan finansial. Makanya kami buatkan mereka rekening sendiri di bank.
Itulah sekelumit gambaran tentang penyusunan dan pengelolaan Family Dreambook kami sebagai pengantar jurnal ini. Sebuah buku impian yang menyatukan langkah-langkah dengan harmonisasi dalam menggapai masa depan bersama yang lebih baik. Sebuah buku yang menjadi sarana membangun komunikasi di antara kami. Sebuah buku yang mengajarkan untuk bersama-sama fokus. Kami merasa menulis impian saja itu tidak cukup, namun perlu divisualisasikan dan jelas penyusunan strategi pencapaiannya, kemudian disiplin mengeksekusinya. Mengutip kata Mitch Sala, “If you work and stay focussed on your dream, your success is 100% predictable”.
Pada jurnal kali ini saya akan mengupas salah satu family dream pada unsur Spiritual yaitu menjadi keluarga penghafal Al-Qur’an. Saya susun dalam seri Parenting, sehingga lebih menekankan sharing bagaimana putri-putri kami kini berproses menjadi penghafal Al-Qur’an. Putri kami, Nadia Farhana Azzahra (aka Nana, 11 tahun) dan Saskia Aulia Ramadhani (aka Sasha, 7 tahun). Ok, let’s start …
Unsur: Spiritual
Dream: Menjadi Keluarga Penghafal Al-Qur’an
Owner: Ayah, Ibu, Nana, dan Sasha
Amalan yang disenangi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala salah satunya adalah membaca Al-Qur’an. Dalam upaya merayu-Nya agar mengabulkan do’a-do’a kami, maka kami bertekad untuk selalu menyenangkan-Nya, sehingga impian menjadi keluarga penghafal Al-Qur’an kami tempatkan di halaman awal family drambook kami.
Tidak ada satupun kitab/buku di dunia ini yang dihapal keseluruhannnya sampai tanda bacanya oleh penulisnya sendiri dan para pembacanya, kecuali kitab Al-Qur’an. Faktanya kitab suci Al-Qur’an dihapal oleh jutaan manusia di dunia ini, bahkan oleh mereka yang penyandang disabilitas. Itulah mujizat yang terpelihara sampai saat ini sesuai janji dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya” (Qs Al-Hijr 9). Ayat tersebut memotivasi kami bahwa menghafal Al-Qur’an itu ada jaminan kemudahannya, Allah sendirilah yang menjamin, sehingga impian kami sekeluarga adalah menjadi bagian dari mujizat itu bersama jutaan para hafidzul Qur’an di seluruh dunia. Semoga Andapun yang muslim juga mempunyai mimpi yang sama.
Saya pengeeeen banget anak-anak saya menjadi penghafal Al-Qur’an. Siapa yang bisa menjamin diri kita ini bisa masuk surga? Tidak ada, kecuali anak-anak keturunan atau anak-anak asuh kita yang menyelamatkan kita dengan amal sholehnya yang tidak terputus amalan do’a untuk orang tuanya, do’a-do’a dari anak yang hafidzul qur’an. Dengan prinsip walk the talk, bila orangtua menginginkan adanya kebaikan ada dalam diri sang anak, maka orangtuanya harus memulai lebih dulu agar menjadi contoh.
Setelah putri kedua kami lahir, kami merevisi dream picture dengan kalimat komitmen atau goal affirmasi* yang lebih tegas adalah sebagai berikut: “Kami, Iwan Yuliyanto dan Sumarni, beserta dua putri kami, Nadia Farhana Az-Zahra dan Saskia Aulia Ramadhani …Insya Allah menghafal Al-Qur’an satu hari satu ayat” Kemudian do’a dan affirmasi harian di atas itu saya tuliskan pada foto keluarga, 1 foto saya letakkan di dalam family dreambook, 1 foto ukuran besar diletakkan di dinding ruang keluarga agar selalu mudah diingatkan.
*) Ingat, setiap kita mempunyai impian, jangan lupa menuliskan affirmasi harian sebagai bentuk komitmen. Tanpa affirmasi harian, maka impian itu hanya sekedar angan-angan. Impian harus dijemput.
Setiap impian sebaiknya disandarkan pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Biar tidak menjadi depresi kalau tidak tercapai, dan tidak berbuah kesombongan kalau tercapai.
Membangun Kebiasaan
Kami tidak menargetkan anak-anak bisa menghafal dengan cepat, yang penting tajwidnya benar. Karena kalau tajwid sudah benar, untuk selanjutnya lebih mudah, insya Allah. Yang penting mereka bisa konsisten dengan program keluarga, 1 hari 1 ayat. Menghafal berbeda dengan membaca. Untuk urusan membaca Al-Qur’an, saya bebaskan mereka sesuai kemampuan dan ketersediaan waktunya misalnya Nana setiap hari biasanya rutin membaca minimal 2-3 lembar mushaf. Kalo libur dan di bulan Ramadhan biasanya lebih banyak lagi lembaran mushaf yang dibaca setiap harinya. Yang penting tidak bolong-bolong. Ingat Hukum Inersia (Hukum Kelembaman) dari Newton, bahwa kecenderungan suatu benda untuk tetap bergerak atau mempertahankan keadaan diam. Kalo sekali bolong, maka akan mempunyai kecenderungan untuk bolong lagi di masa-masa berikutnya. Jadi, biar sedikit yang penting istiqomah atau rutin setiap harinya.
Lalu jika anak sudah bisa membaca Al-Qur’an, apakah dibiarkan menghafal sendiri kemudian setoran?
Yang namanya anak-anak belum fasih bicara itu wajar. Namanya juga lidah anak-anak. Yang penting kita harus terus memperdengarkan bacaan yang benar. Selagi tahsin dan tajwid-nya Nana dan Sasha belum bagus, kami tidak menyuruhnya menghafal sendiri. Tapi harus di-talqin (membacakan Al-Quran kepada anak, kemudian diikuti oleh sang anak), kemudian sabar memperbaiki bacaan, baik memperbaiki makhroj huruf maupun harakat-nya. Nanti dengan sering mendengar yang benar, lidah anak akan mencontoh yang benar itu. Kami men-talqin Nana dan Sasha pada saat usia mulai belajar di TPQ yaitu 4 tahun. Setelah mereka memasuki usia layak untuk tahsin (7 tahun), kami mulai serius memonitor hafalan mereka, diawali dengan penguasaan juz 30.
Kami membangun kebiasaan Nana agar membiasakan diri menghafal 1 ayat setelah sholat Subuh, lama prosesnya rata-rata 5-10 menit, tergantung panjang ayatnya. Setelah itu ia bisa lanjutkan kegiatannya dengan belajar, membaca materi pelajaran yang akan diajarkannya hari itu di sekolah, dan aktivitas persiapan sekolah lainnya sebelum mandi. Sedangkan kegiatan membaca lembaran-lembaran mushaf, ia rutinkan pada waktu ba’da Maghrib. Pola keseimbangan aktivitasnya yang semakin padat di tengah persiapannya menghadapi UAN SD, yang juga diselingi dengan persiapan kegiatan konser pianonya, insya Allah, kelak akan saya sharing dalam seri parenting bertema Time Management.
Sedangkan Sasha, adiknya yang terkadang masih susah bangun pagi, menghafal 1 ayat biasanya setelah pulang sekolah dengan didampingi istri saya. Sedangkan kegiatan membaca lembaran-lembaran mushaf, ia rutinkan juga pada waktu ba’da Maghrib. Biasanya satu hari satu lembar mushaf.
Setiap hari sehabis pulang kerja, saat ba’da Magrib dan terkadang ba’da Isya kalau terlambat pulang kantor, saya selalu berusaha meluangkan waktu untuk menerima setoran hafalan ayat dari anak-anak. Mereka membacakan ayat-ayat sebelumnya dan ayat yang dihafal hari tersebut. Setelah menerima hafalan, saya lanjutkan dengan menerangkan tafsir-nya dengan bahasa yang mudah mereka mengerti, dan secara berkala (seminggu sekali) saya selingi dengan penyampaian fadilah-fadilah membaca Al-Qur’an agar mereka selalu ingat dan makin mantap untuk terus menghafal Al-Qur’an. Juga secara berkala pula saya selingi dengan mengingatkan akan niat ikhlas menghafal Al-Qur’an yaitu hanya semata karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, agar tidak disalahartikan sekedar mematuhi perintah kami sebagai orangtuanya atau sekedar agar bisa berkompetisi di sekolahnya apalagi sekedar memperoleh gelar hafidzah. Kalau salah meletakkan niat, maka akibatnya bisa fatal, apa yang dihafalkannya berpotensi tidak akan langgeng. Meluruskan niat dan menyampaikan fadilah itu secara berkala terus kami sampaikan, dengan penyampaian yang bervariasi misalnya dengan contoh cerita / kisah, agar anak tidak bosan. Yang saya jadikan referensi dalam menjelaskan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an kepada anak-anak adalah buku “I Love My Al-Qur’an (ILMA)”, penerbit Pelangi Mizan. Bahasanya mudah sekali untuk dipahami anak-anak, apalagi dijelaskan dengan ilustrasi gambar dan peta dunia Islam, juga ada gamenya yang menarik. Saya membelinya dari seorang sahabat, Ambu Bintang (Fetry), yang link-nya saya sertakan itu. Saya rekomendasikan untuk Anda juga.
Kalau saya sedang dalam kondisi business trip (perjalanan dinas) keluar kota, maka istri sayalah yang menggantikan peran tersebut dalam menerima setoran hafalan mereka. (catatan: Alhamdulillah, bisnis istri saya yang berbasis di rumah cukup membantu memonitor perkembangan tumbuh kembang anak-anak). Yang penting, kami usahakan untuk komitmen setiap hari, tidak bolong-bolong. Tidak ada istilah libur dalam menghafal, meskipun kami sekeluarga dalam kondisi berlibur keluar kota. Mengapa? Karena kami sudah janji dalam bentuk affirmasi yang telah ditulis dalam Family Dreambook.
Jadi, jawaban untuk pertanyaan pada jurnal saya sebelumnya: Punya Impian, Tapi Jangan Lupa Dengan Dua Hal. Dua hal itu adalah: Pertama, berani setting target. Kedua, berani memiliki komitmen berupa affirmasi harian. Komitmen itulah janji Anda.
Menghadapi Kendala
Namanya juga anak-anak, tentu tidak lepas dengan kondisi labil. Misalnya timbul rasa malas untuk belajar menghafal, atau setengah-setengah semangatnya menghafal sehingga bacaannya belepotan. Ini pertanda bahwa mereka masih belum mempunyai kemantapan hati untuk benar-benar menghafal Al-Qur’an. Menjadi penghafal Al-Qur’an dan mendidik buah hati menjadi penghafal Al-Qur’an memang membutuhkan kesabaran besar. Saya tidak menerapkan punishment dalam bentuk apapun dalam kegiatan menghafal mereka. Yang ada adalah refleksi diri dan memperbaiki people skill dalam hal membangun komunikasi. Begitu juga saya tidak menerapkan adanya reward atas keberhasilan mereka untuk menutup pintu adanya salah orientasi mereka dalam menghafal. Untuk itulah seminggu sekali fadilah-fadilah itu harus disampaikan agar mereka mempunyai kemantapan hati.
Sebagai orang tua, kami harus terus berdoa, sehingga anak-anak mempunyai kemantapan hati untuk benar-benar menghafal Al-Qur’an, keinginan yang datang dari lubuk hatinya sendiri. Do’a yang kami panjatkan adalah do’a yang sudah umum diajarkan. Kami mengajarkan juga do’a tersebut pada anak-anak dengan cara melagukannya. Sudah saya upload di SoundCloud termasuk lafaz do’a dan lyric-nya, agar siapa saja yang belum pernah mempelajarinya juga bisa men-downloadnya, mendengarkannya dan kemudian mengajarkannya pada keluarganya. Do’a menghafal Al-Qur’an memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing.
Penutup
Demikianlah sharing salah satu family dreambook saya, semoga hari ini dan dimasa yang akan datang kita bisa lebih mumpuni dalam mendidik anak untuk menghafal Al-Qur’an. Karena salah satu amanah yang harus ditunaikan orangtua adalah menjadikan anak-anak shalih/shalihah agar mencintai dan dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mengajarkan kepada anak-anak tentang pembuktian cinta yaitu melakukan apa yang disenangi-Nya. Hal ini bisa menjadi investasi besar yang ditanamkan para orangtua untuk kelak mendapatkan keutamaan serta pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena balasan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di akhirat tidak hanya bagi para penghafal Al-Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya.
Ayo para sahabat bloggers, sesibuk apapun kita, mari luangkan waktu yang positif dan bermanfaat bersama keluarga demi investasi jangka panjang. Sedikit waktu tapi kontinu setiap hari. Mari review kembali pencapaian tahun 2012, dan kita susun strategi yang jitu untuk pencapaian yang lebih baik di tahun 2013.
Dengan senang hati bila Anda juga menyampaikan masukan atau sharing bagaimana metode Anda membesarkan buah hati Anda menjadi penghafal Al-Qur’an. Mari berbagi dan Terimakasih sebelumnya.
Salam hangat penuh semangat,
Iwan Yuliyanto
31.12.2012